Selasa, 13 Oktober 2009

karya tulis ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body of knowladge” yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini (Fajriah, 2009).

Saat ini, di Indonesia Pendidikan Keperawatan masih merupakan pendidikan yang bersifat vocational, yang merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan Keperawatan harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik. Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vocational (Fajriah, 2009).

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kemajuan manusia, dalam kegiatan pendidikan di perguruan tinggi pada dasarnya selalu terkait yaitu :dosen dan mahasiswa. Keterlibatan kedua pihak tersebut merupakan keterlibatan hubungan antar manusia (human interaction). Hubungan itu akan serasi jika jelas kedudukan masing-masing pihak secara propesional yaitu hadir sebagai subjek yang memiliki hak dan kewajiban.

Menurut Oliver (dalam Purwanto, 2007) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan sesorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapanya.

Poltekkes Depkes Gorontalo merupakan satu-satunya Poltekkes yang ada di Provinsi Gorontalo, yang menjadi salah satu minat dan tujuan para siswa baru untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dalam bidang kesehatan.

Poltekkes Depkes Gorontalo diresmikan pada tanggal 2 Agustus tahun 2007 dengan tiga jurusan yaitu keperawatan, kebidanan, dan gizi. Sekarang jumlah mahasiswa keseluruhan 758 orang, Jurusan Keperawatan terdiri dari 297 mahasiswa, Jurusan Kebidanan 270 mahasiswa, Jurusan Gizi 191 orang. (Profile Poltekkes Depkes Gorontalo, 2009).

Adapun pendukung proses belajar mengajar yang ada di jurusan Keperawatan jumlah staf 6 orang, dosen 17 orang, fasilitas-fasilitas (laptop 4 buah, (Liquid Cristal Display) LCD 4 buah, wireless 3 buah, microvon 3 buah, (Overhead Projector) OHP 3 buah, cok roll 8 buah (Jurusan Keperawatan, 2009).

Di kalangan mahasiswa juga sering terdengar isu keluhan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yaitu kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar, misalnya; mahasiswa merasa motode mengajar yang digunakan tidak relevan (menggunakan metode ceramah yang monoton), tidak menarik (kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam belajar), dosen kurang profesional (tidak mengajar sesuai latar belakang profesi yang ada), tidak disiplin (proses belajar yang sering tidak sesuai jadwal perkuliahan), tidak adil dalam penilaian (hubungan dengan mahasiswa kurang baik), serta ketersedianan fasilitas laptop dan LCD yang masih sering berebutan jika proses belajar menagajar akan berlangsung. Melihat kondisi tersebut sanagat berpengaruh kepada kualitas pembelajaran maka penelitian ini mencoba untuk melakukan kegiatan yang dapat mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

Upaya-upaya institusi yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar di jurusan keperawatan yaitu; evaluasi pembelajaran mahasiswa ujian tengah semester dan ujian akhir semester (UTS dan UAS), mendisiplinkan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, adanya bimbingan laboratorium, adanya seminar hasil praktek klinik, pemberian tugas belajar pada dosen, mengikutkan dosen dalam pelatihan-pelatihan, pemberian teguran bagi staf dan dosen baik secara lisan dan tertulis yang tidak disiplin, penambahan jumlah staf dan dosen, penambahan fasilitas laboratorium keperawatan, penambahan media belajar mengajar, rapat perencanaan pengajaran tiap semester, rapat evaluasi pengajaran setiap menjelang dan sesudah UTS dan UAS, kesepakatan pemberian sanksi pada mahasiswa yang melanggar proses pengajaran, pembibing akademik tingkat I dan II (Jurusan Keperawatan, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan dalam latar belakang maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di keperawatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran umum tentang kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar dalam hal ini dari pihak guru/dosen:

a. Sifat dan sikap guru.

b. Gaya kepemimpinan dalam proses belajar mengajar.

c. Pengolahan proses belajar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Menggambarkan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di mana mahasiswa diharapkan dalam proses belajar mengajar lebih terlibat aktif dalam menunjang keberhasilan akademiknya.

2. Bagi Institusi keperawatan

Dapat dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas belajar mengajar juga sebagai masukan untuk staf dan dosen dalam mengembangkan proses belajar mengajar mahasiswa. Sehingga terjalin hubungan yang baik antara mahasiswa, dosen dan staf yang ada di Jurusan Keperawatan.

3. Peneliti

Sebagai bahan informasi bagi peneliti berikutnya yang berminat melanjutkan atau sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, ada penelitian yang mirip dengan penelitian ini namun ada beberapa perbedaan dengan topik dan tempat yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Gusasi, F., 2008, kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan dipuskesmas kwandang.

Perbedaan dengan topik yang akan diteliti adalah pada:

a. Parameter

1) Ketersediaan pelayanan.

2) Kesinambungan pelayanan.

3) Penerimaan.

4) Keterjangkauan pelayanan

5) Mutu pelayanan

b. Hasil penelitian: hasil penelitian didapat 30 responden dipuskesmas kwandang yang termasuk kategori puas (25,11%) dan tidak puas (74,89%).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kepuasan

Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia dalam (Purwanto, 2007) adalah perasaan puas, rasa senang, dan kelegaan seseorang di karenakan mengkonsumsi suatu jasa untuk mendapatkan suatu jasa

Menurut Oliver dalam (Purwanto, 2007) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan sesorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapanya terhadap sesuatau dimana seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang lebih.

B. Tinjauan Tentang Mahasiswa.

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi atau sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan itelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara moril akan dituntut tanggung jawab akademisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan (Rangkasiwi, 2009).

C. Tinjauan Tentang Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Belajar

Seperti dikemukakan oleh Mouly dalam (Sujana, 1988; 17) bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam (Sujana 1988; 17) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan.

Menurut Gagne (1984) dalam Sunarto (2009). Belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Soekamto T (1992) mengatakan dalam (Sunarto, 2009). Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Udin S. Winataputra (1995) dikemukakan dalam Sunarto (2009), bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003), dalam Sunarto (2009) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000) mengemukakan dalam Sunarto (2009). Bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai (Sunarto, 2009).

Ada lima Faktor yang dikemukakan oleh Purwanto (1988) yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap proses belajar. Dikatakan potensi sebab ada beberapa hal yang tidak dapat dirubah karena sudah merupakan hambatan individu, dan kelima faktor ini yang dapat dimanipulasikankondisi yang dapat mendukung keberhasian proses belajar kelima faktor ini adalah:

a) Pada pihak murid.

1) Tingkat intelegensi

2) Motivasi belajar

3) Perasaan sikap dan minat

4) Keadaan fisik dan psikis

b) Pada pihak guru

1) Sifat dan sikap guru.

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi (Rustianti, 2007).

Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain; mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, menunggu peserta didik berperilaku negatif, menggunakan destruktif discipline, mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik, merasa diri paling pandai di kelasnya, tidak adil (diskriminatif), serta memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005) dalam Rustianti (2007). Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni; kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam, kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Rustianti, 2007).

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rustianti, 2007).

Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam (Rustianti, 2007) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya.

Menurut penuturan R.Tantiningsih dalam (Rustianti, 2007) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat dihindari antaranya; Pertama, menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Kempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.

2) Gaya kepemimpinan dalam proses belajar

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang banyak, agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses tersebut seorang pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, serta menggerakkan orang lain itu untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Setiap dosen yang mengasuh mata ajaran dan memiliki sejumlah mahasiswa dalam kelasnya serta memimpinya. Dosen adalah pemimpin karena dia bertugas mempengaruhi perilaku belajar para mahasiswanya. Sebagai pemimpin seorang dosen berperan; Selalu memotivasi mahasiswanya untuk belajar, mengarahkan tujuan belajarnya, Melatih keterampilan belajar, Menunjukkan materi yang perlu dipelajari, Mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa (Margono Slamet, 2009).

(a) Peran Dosen Sebagai Pemimpin

(1) Mengajar membantu dan memotivasi mahasiswa untuk selalu menemukan cara memperbaiki dirinya dan dunianya. Mahasiswa yang sudah mengalami pendidikan semacam itu akan mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri dalam lingkungan yang terus berubah seperti dalam abad 21 nanti.

(2) Dosen bermutu tidak hanya senang membantu maha- siswa yang cerdas, tetapi juga dengan mahasiswa yang memerlukan waktu lebih lama untuk mempe- lajari sesuatu fakta atau konsep.

(3) Dosen bermutu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keberhasilan belajar semua mahasiswa. Dia selalu mendorong mahasiswa untuk mengembangkan daya intelektual dan daya emosinya guna mencapai pengetahuan yang superior dan kemampuan meme- cahkan masalah.

(4) Dosen bermutu memusatkan perhatiannya pada kepentingan mahasiswa dan menumbuhkan perasaan selalu ingin tahu dan selalu ingin belajar.

(5) Dosen bermutu selalu melakukan persiapan lebih baik, bersikap lebih fleksibel, dan selalu mempertanyakan segala sesuatu.

(6) Dosen bermutu mengharap dan berusaha agar dirinya menjadi orang yang cemerlang, dan mengharapkan mahasiswanya juga demikian.

(7) Dosen bermutu selalu berusaha memberdayakan mahasiswanya dan memperluas pengetahuannya, hingga mahasiswa merasa memiliki daya dalam menghadapi berbagai situasi.

(8) Menerapkan Perbaikan yang berkelanjutan berarti perubahan yang berkesinambungan pada diri mahasiswa dan pada diri dosen sendiri.

(9) Dosen bermutu berperan membuat kelasnya menjadi suatu tim untuk memecahkan berbagai persoalan. Jadi tanggung jawab kelas pada semua orang, bukan hanya pada dosen (Margono Slamet, 2009).

(b) Menjadi Teladan.

Salah satu cara mendidik dan memberdayakan mahasiswa ialah dengan menjadikan diri dosen sebagai contoh, teladan atau role model, yang meliputi berbagai hal termasuk : perhatian dan motivasi, disiplin diri, minat belajar, menghargai orang lain dan pendapatnya, kepelayanan (Margono Slamet; 2009).

3) Pengolahan proses belajar mengajar.

Umumnya guru-guru dalam proses pembelajaran hanya bergantung pada buku-buku paket yang sesuai dengan kurikulum tanpa menambah materi pembelajaran dari sumber-sumber lain, bahkan aspek pemanfaatan media yang monoton tanpa variasi pada umumnya mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang maksimal. Hal ini, karena prinsip- prinsip komunikasi belum diperhatikan oleh para guru akhirnya pesan yang ingin disampaikan seorang guru komunikator tidak dapat ditangkap dengan baik oleh pihak siswa komunikan (Dukeprasz, 2009).

c) Sekolah sebagai sistem sekolah.

1) Sistem sosial.

2) Status sosial siswa.

3) Interaksi antara guru dan siswa.

d) Faktor-faktor situasional.

1) Keadaan politik ekonomis.

2) Keadaan waktu dan tempat.

3) Keadaan musim iklim (Purwanto, H., 1998).

  1. Pengertian Mengajar

Mengajar didefinisikan oleh Sudjana (2000) dalam Syair (2008) sebagai alat yan direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. Pasaribu (1983) dalam syair (2008) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.

Menurut Danni Ronnie ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain: kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling berinteraksi secara positif, saling menanamkan nilai-nilai moral, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme, saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling menginsiprasi, saling menghormati perbedaan (Rustianti, 2007).

  1. Proses belajar mengajar.

Dalam kaitannya bahasan strategi pengertian mengajar moderen inilah yang dianutnya,sehingga mengajar diartikan sebagai penciptan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar Raka Joni (1984) dalam (Ninkwidya, 2008) .

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar terjadi antara staf pengajar dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses itu sendiri. sehingga cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh hubungan dengan staf pengajarnya. Dalam hubungan stat pengajar dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai staf pengajarnya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya (Sunarto, 2009).

Menurut Degeng (1993) dalam (Dukeprasz, 2009), ada delapan hal atau asumsi tentang hakikat desain pembelajaran sebagai berikut:

1). Perbaikan kualitas pembelajaran diawali dari desain pembelajaran.

2). Pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem.

3). Desain pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar.

4). Desain pembelajaran diacukan kepada si-belajar secara perseorangan.

5). Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil pengiring.

6). Sasaran akhir desain pembelajaran adalah memudahkan belajar.

7). Desain pembelajaran mencakup semua variable yang mempengaruhi belajar.

8). Inti desain pembelajaran adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunukasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu kepada penerima pesan.

Metode mengajar dan alat bantu mengajar pada dasarnya memberi petunjuk apa yang akan dikerjakan oleh guru atau kegiatan guru.

a) Metode mengajar

Setiap metode mengajar ada ke unggulan dan kelemahannya. Namun yang penting bagi guru metode mengajar mana pun yang akan digunakan harus jelas dahulu tujuan yang akan dicapai, adapaun metode mengajar yang digunakan antara lain; Ceramah, Tanya jawab, Demostrasi, Diskusi (kerja kelompok, tugas, eksperimen, simulasi)

Adapun karateristik dalam metode pembelajaran siswa yang di gunakan oleh guru

Metode

Mengajar

Aspek

Sifat dan Bahan

Kegiatan Belajar Siswa

(1) Ceramah ;

(2) Tanya jawab

(3) Demostrasi

(4) Diskusi

- kerja kelompok

- tugas,

- eksperimen

- simulasi

Pengetahuan/ pengalaman

Idem

Pemahaman, aplikasi,

Pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis,

evaluasi

Fakta atau bersifat klasik informasi

Fakta, prinsip, hukum, dalil.

Fakta, prinsip, keterampilan.

Prinsip, konsep, hukum, dalil, dan keterampilan.

Klasikal

Klasikal dan mandiri

Kelompok atau mandiri

Kelompok di variasikan dengan mandiri

b) Alat bantu/media pembelajaran

Alat bantu yang dipakai adalah alat visual, yaitu gambar, model objek dan alat alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa.

Peralatan proyeksi (optik); Overhead projector (OHP), Mikroform reader, proyektor film rangkai (film strip projector), proyektor film bingkai (slide projector), proyektor film gelang (film loop projector), proyektor film (motion picture projector).

Peralatan elektronik; Radio perekam kaset audio ( Radio casette recorder), Penala radio (Turner), Perekam kaset audio (Casette recorder), amplifier, loudspeaker (Bactiar, 1984; 209)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunkan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif untuk menggambarkan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan di Poltekkes Depkes Gorontalo.

B. Variabel penelitian

Penelitian ini menggunakan veriabel mandiri yaitu kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan di Poltekkes Depkes Gorontalo.

C.

Puas

Kerangka kerja




Tidak Puas

D. Definisi Operasional

Variabel

Defenisi Operasional

Parameter

Alat ukur

Skala

Skor

Mandiri:

Kepuasan

Persaan puas oleh mahasiswa dalam menerima suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik yang diberikan oleh tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar

Dari pihak guru/dosen

1) Sifat dan sikap guru/dosen

2) Gaya kepemimpinan dalam proses belajar

3) Pengolahan proses belajar mengajar.

(Purwanto, H.,1998)

Angket

Ordinal

> 75 Mahasiswa Puas

50-75 Mahasiswa Cukup Puas

<>

Mahasiswa tidak Puas

E. Populasi,sampel dan sampling

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I dan II yang terdaftar sebagai mahasiswa yang masih aktif mengikuti proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan, yang terdiri dari 225 mahasiswa.

2) Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa tingkat I, II Reguler dengan jumlah sampel 144 mahasiswa.

Adapun cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus: (Setiadi , 2007;197).

N

d =

1 + N(d2)

Keterangan: N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : tingkat kepercayaan yang di inginkan (deviasi)

Dik = N : 225

d : 0,05

N

Penye : d =

1 + N(d2)

225

=

1 + 225(0,052)

225

=

1 + 0,5625

225

=

1,5625

= 144

Sehingga jumlah keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 144 responden

3) Sampling

Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan cara: propositionate simple random sampling, dimana dari jumlah total 225 populasi kelas, baik tingkat I (140 mahasiswa), II (85 mahasiswa). Sehingga diperoleh jumlah 144 responden masing-masing dari tingkat I (90 responden), II (54 responden).

F. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data berupa angket yang berupa item pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu pada tinjauan pustaka.

G. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden melalui angket

2. Data Sekunder

Diperoleh dari jurusan keperawatan yang di sesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang selama ini mengikuti proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan yang berjumlah 225 mahasiswa.

H. Analisis Data

dengan variabel yang hendak diukur, selanjutnya data tersebut diolah secara

deskriptif dengan menggunakan rumus; (Machfoedz I, 2004; 15)

Setelah data terkumpul terlebih dahulu data di edit untuk menghasilkan kelengkapan data yang diperbolehkan kemudian disesuaikan dengan data yang ada selanjutnya dilakukan penjumlahan skor berdasarkan jawaban yang diperoleh, Adapun pada angket ini terdiri atas pernyataan positif (1, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15) dan negatif (2, 7, 9, 11), jika jawaban “benar” maka diberi skor “1” dan jawaban “salah” diberi skor “0”. Kemudian jawaban tersebut dijumlahkan dan diklasifikasikan setelah itu ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai

f

P = X 100 %

n

keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang sesuai

n : Jumlah item pertanyaan

I. Etika Penelitian

Menurut Setiadi ( 2007; 307-308) penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentang dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Setelah mendapatkan persetujuan, baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informent Concent);

diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak – hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (lembar observasi) yang diisi oleh perawat. Lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jalannya Penelitian

1. Pada Penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 03 Maret 2009 untuk melihat problematika yang terjadi di kalangan mahasiswa mengenai Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo.

2. Melakukan penelitian dengan cara membagikan lembar angket kepada responden yang akan diteliti untuk diisi sesuai yang diketahui.

3. Setelah data terkumpulkemudian melakukan editing, coding, tabulasi, analisa, dan distribusi dalam bentuk tabel serta pembahansannya.

4. Peneliti akan mendapat surat keterangan dari direktur Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo bahwa peneliti telah benar-benar melakukan penelitian

5. seminar hasil penelitian.

K. Keterbatasan

1. Kurangnya referensi atau literatur yang digunakan dalam penyusuna tinjauan pustaka untuk di jadikan alat ukur.

2. Pengetahuan peneliti tentang metodologi penelitian masih kurang dan penelitian ini merupakan pengalaman baru dan yang pertama bagi peneliti.

3.

4. Peneliti tidak mengetahui secara pasti jumlah responden yang aktif dan tidak

aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Kelemahan alat ukur karena tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

BAB IV

GAMBARAN LOKASI, HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Poltekkes Depkes Gorontalo merupakan satu-satunya Poltekkes yang ada di Provinsi Gorontalo dalam bidang kesehatan. Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo diresmikan pada tanggal 2 agustus 2007, yang terdiri dari 3 jurusan yaitu jurusan keperawatan, jurusan kebidanan dan jurusan gizi. Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo terletak di Kota Timur kota gorontalo tepatnya berada di Kelurahan Mo’odu dimana:

1. Di sebelah utara berbatasan dengan Wongkaditi.

2. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Padebuolo dan Tamalate.

3. Di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Heledula’a.

4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Dembe.

Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo, dilengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar. Fasilitas ini berupa laboratorium komputer, perpustakaan, laboratorium Keperawatan, laboratorium Kebidanan dan Laboratorium Gizi. Dan terdiri dari 6 ruang kuliah untuk Jurusan Keperawatan, 6 ruangan kuliah untuk Jurusan Kebidanan, 5 ruang kuliah untuk Jurusan Gizi, juga terdapat beberapa lapangan olahraga seperti bulu tangkis, takraw, dan voli ball.

Adapun pendukung proses belajar mengajar yang ada di jurusan Keperawatan jumlah staf 6 orang, dosen 17 orang, fasilitas-fasilitas (laptop 4 buah, (Liquid Cristal Display) LCD 4 buah, wireless 3 buah, microvon 3 buah, (Overhead Projector) OHP 3 buah, cok roll 8 buah (Jurusan Keperawatan, 2009).

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Politeknik Kesehatan DepKes Gorontalo Di Jurusan Keperawatan pada tanggal 31 Agustus sampai 2 September dimana dalam penelitian ini Mahasiswa yang menjadi responden berjumlah 144 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa tingkat I A, I B, I C dan tingkat II A, II B.

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan maka hasil penelitian disajikan sebagai berikut:

Tabel 1

Hasil Kumulatif Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar

di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo

No

Kategori

Jumlah

%

1.

Puas

74

51,39

2.

Cukup puas

61

42,36

3.

Kurang puas

9

6,25

Jumlah

144

100

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (51,39%).

Tabel 2

Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar

di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo

”Sifat Dan Sikap Dosen”

No

Kategori

Jumlah

%

1.

Puas

108

75,00

2.

Cukup puas

24

16,67

3.

Kurang puas

12

8,33

Jumlah

144

100

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo, dengan kategori Puas (75,00%).

Tabel 3

Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo

”Gaya Kepemimpinan”

No

Kategori

Jumlah

%

1.

Puas

92

63,89

2.

Cukup puas

39

27,08

3.

Kurang puas

13

9,03

Jumlah

144

100

Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (63,89%).

Tabel 4

Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar

di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo

Pengolahan Proses Belajar Mengajar”

No

Kategori

Jumlah

%

1.

Puas

88

61,11

2.

Cukup puas

37

25,69

3.

Kurang puas

19

13,19

Jumlah

144

100

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (61,11%).

C. Pembahasan

Berdasarkan data primer di atas, mengenai kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo, peneliti membahas hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil Kumulatif Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Gorontalo

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (51,39%).

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi (Rustianti, 2007).

Menurut asumsi peneliti, suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas dosen adalah langkah maju untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang dilakukan. Hal ini seiring dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak institusi selama ini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Jurusan keperawatan dan menghasilkan lulusan yang siap pakai dan handal dalam bidangnya masing-masing. Ini terbukti dengan makin banyaknya dosen yang melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi, pemberian tugas belajar pada dosen, mengikutkan dosen dalam pelatihan-pelatihan, serta menerapakan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswanya.

2. Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Gorontalo

”Sifat dan Sikap Dosen”

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo, dengan kategori Puas (75,00%).

Proses belajar mengajar terjadi antara staf pengajar dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses itu sendiri. sehingga cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh hubungan dengan staf pengajarnya. Dalam hubungan staf pengajar dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai staf pengajarnya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya (Sunarto, 2009).

Menurut asumsi peneliti sifat dan sikap dosen sangat menentukan proses belajar mengajar dimana jika terdapat hubungan yang baik antara dosen dengan mahasiswanya maka kegiatan belajar mengajar itu akan terbina bukan hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas juga akan terjadi interaktif yang baik.

3. Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Gorontalo.

”Gaya Kepemimpinan”

Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (63,89%).

Dosen adalah pemimpin karena dia bertugas mempengaruhi perilaku belajar para mahasiswanya. Sebagai pemimpin seorang dosen Selalu memotivasi mahasiswanya untuk belajar, mengarahkan tujuan belajarnya, Melatih keterampilan belajar, Menunjukkan materi yang perlu dipelajari, Mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa (Margono Slamet, 2009).

Menurut asumsi peneliti Keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang dosen mampu menerapakan suatu proses belajar mengajar dengan menggunkan metode mengajar mana pun yang akan digunakan sebagai tujuan yang akan dicapai, adapaun metode mengajar yang digunakan antara lain; Ceramah, Tanya jawab, Demostrasi, Diskusi (kerja kelompok, tugas, eksperimen, simulasi). kemampuan dan kepemimpinan dosen dalam mengkolaborasikan metode mengajar yang digunakan adalah kunci suksesnya kegiatan belajar mengajar yang dipimpinnya serta akan menujukan keberhasilan mahasiswanya pada evaluasi akhir.

4. Hasil Distribusi Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Gorontalo.

Pengolahan Proses Belajar Mengajar”

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat Kepuasan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (61,11%).

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar (Sunarto, 2009).

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunukasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu kepada penerima pesan.

Menurut asumsi peneliti berhasilnya suatu proses belajar mengajar untuk menghasilkan pengolahan proses belajar mengajar yakni terbinanya komunikasi interaktif yang baik antara dosen dan mahasiswa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada Penelitian ini memperoleh gambaran umum tentang kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Gorontalo didapatkan (51,39%) yang menyatakan Puas.

Dari Mengidentifikasi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar dalam hal ini dari pihak guru/dosen memperoleh:

1. Sifat dan sikap dosen.

Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo, dengan kategori Puas (75,00%).

2. Gaya kepemimpinan dalam proses belajar mengajar.

Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (63,89%).

3. Pengolahan proses belajar.

Kepuasan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dengan kategori Puas (61,11%).

Jadi dari penelitian yang didapatkan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes Gorontalo dalam hal ini pihak dosen. Mahasiswa menytakan puas dengan sifat dan sikap dosen, gaya kepemimpinan dalam proses belajar mengajar dan pengolahan proses belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas mengenai Kepuasan Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes gorontalo, berikut saran bagi :

1. Bagi mahasiswa

Untuk saling mendorong mahasiswa satu sama lain dalam meningkatkan proses belajar mengajar di mana mahasiswa diharapkan dalam proses belajar mengajar lebih terlibat aktif dalam menunjang keberhasilan akademiknya.

2. Bagi Institusi keperawatan

Untuk mempertahankan apa yang telah dicapai dan Dapat dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. untuk peneliti menyarankan agar pengolahan dalam proses belajar mengajar lebih ditingkatkan dimana dosen tidak lagi tergantung pada buku-buku paket atau copian materi yang sudah ada tetapi menambahnya dengan sumber-sumber lain yang lebih terbaru. Selain itu dosen dalam penyajian materi dan penggunaan alat bantu belajar tidak menggunakan metode mengajar yang monoton dalam pemamfaatan media pembelajaran yang ada.

3. Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anomity, 2007, Pengertian Dan Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar, http:// www.kecerdasan dan kesadaran.com .Di Akses Tanggal 16 Mei

Dukeprasz, 2009, Efektifitas Pembelajaran, Http://www.Hubungan Antara Guru Dengan Efektifitas Pembelajaran.Com Di Akses Tanggal 25 Mei

Fajriah, 2009, Perkembangan Pendidikan Keperawatan Di Indonesia, http:// www.Keperawatan Indonesia.com Di Akses Tanggal 19 Mei

Machfoedz, I., 2004, Statistik.Deskriptif, Fitramaya, Yogyakarta.

Ninkwidya, 2008, Pengertian Dan Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar, Http://www.Strategi Belajar Mengajar.Com Di Akses Tanggal 19 Mei

Purwanto, H., 1998, Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Purwanto, 2007, Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit, Http://Www.Kepuasan Pelanggan.com Di Akses Tanggal 19 Mei

Rangkasiwi, 2009, Pengertian Etika-Peranan Dan Hubungan Dengan Mahasiswa, http://www.makalah dan skripsi.com Di Akses Tanggal 28 Mei

Rakasmuda, 2008, Hakekat Belajar, http://www.hakekatbelajar.com Di Akses Tanggal 19 Mei

Rustanti, 2007, sikap dan perilaku guru yang profesional, http://www researchengines.com Di Akses Tanggal 30 Mei

Syair, 2008, Proses Belajar Mengajar bab-ii.pdf http://www.pengertian belajar.com Di Akses Tanggal 29 Mei

Setiadi, 2007, konsep dan penulisan riset keperawatan, edisi I, garaha ilmu, jogjakarta.

Sudjana, N., 1988, CBSA dalam proses belajar mengajar, edisi I, CV. sinar baru, bandung.

Slamet, M., tt, Manajemen Pembelajaran Bermutu, http://www.pemimpin pembelajaran.com Di Akses Tanggal 29 Mei

Sunarto, 2009, Pengertian Prestasi Belajar, http://www.Pengertianprestaasi belajar.co.id Di Akses Tanggal 29 Mei